Hidayah Datang dari Anak yang Nakal, Bos Maspion ini Temukan Islam: Masuk Masjid Rasanya Sejuk
Hidayah Story. merupakan hal yang tidak mudah datangnya. Butuh ketetapan hati dan tekad kuat untuk menjemput kebenaran dari Allah SWT.Seperti yang dialami oleh Herman Halim, Bos Bank Maspion yang memutuskan memeluk agama islam atau menjadi mualaf.
Herman Halim butuh waktu yang cukup lama untuk memantapkan hati pada agama barunya tersebut. Hatinya mulai mengenal islam setelah melihat keajaiban pada putra bungsunya yang bernama Andrew.
Setelah Herman Halim bercerai dengan istrinya, sang anak tinggal di Australia bersama ibunya.
Source HIDAYAH STORY
Dilansir kabarrakyat dari unggahan kanal YouTube Pintu Hidayah, Herman Halim yang saat itu menjabat sebagai bos Bank Maspion tinggal di Jawa Timur.
Meski terpisah dengan sang anak, namun pria kelahiran Surabaya tahun 1953 ini acap kali berkomuniikasi dengan Andrew melalui telepon.
Komunikasi antara bapak dan anak tersebut cukup intens hingga Herman Halim dapat memantau perkembangan putranya di Australia.
Dalam setahun, Herman Halim hanya beberapa kali bisa bertemu dengan Andrew ketika ia pergi ke Australia. Namun pada suatu saat Herman Halim mengaku cukup mengkhawatirkan kondisi putranya.
Sebab sang putra bercerita sering terlibat tawuran, hingga mabuk-mabukan. Terlebih usia Andrew belum genap usia 15 tahun.
“Saya merasa khawatir dengan sikap anak saya yang umurnya masih kurang dari 15 tahun namun sudah super nakal seperti itu, tapi saya juga bingung karena tidak punya pegangan sama sekali,” kata Herman Halim waktu itu.
Herman Halim tahu betul bagiamana karakter anaknya yang sulit diberi tahu. Herman Halim semakin pesimis ketika Andrew mengatakan tidak mau lanjut pendidikan SMA, apalagi kuliah.
Untuk beberapa waktu Herman Halim putus asa, tidak tahu harus berbuat apa. Akan tetapi suatu hari di tahun 2000 dirinya mendapat telepon dari Andrew.
Sang anak mengabarkan keinginannya untuk memeluk agama islam. Betapa kaget Herman Halim mendengar penuturan putra bungsunya itu.
Seolah tidak percaya, bos Bank Maspion itu bertanya kembali. “Apakah kamu yakin untuk menjadi seorang muslim?” Tanya Herman Halim.
“Iya, Yakin, saya sudah baca kitab-kitab agama lain, smuanya bagus-bagus, namun saat menyamaikan ke orang lain terlihat susah, berbeda dengan ajaran islam yang lebih mudah disampaikan,” jawab tegas Andrew.
Herman Halim langsung setujui keinginan putranya itu. Belakangan ia mengetahui bahwa anaknya mengenal islam dari remaja perantauan Negara di Timur Tengah seperti Irak, Iran dan Libanon yang tinggal di Australia.
Herman Halim merasakan prubahan positif pada dirinya anaknya setelah sang anak memeluk islam. Andrew yang dulu suka berkelahi dan berbuat onar berubah 180 derajat menjadi remaja yang ramah dan santun.
Bahkan sang Anak kemudian melanjutkan kuliah hingga akhirnya meraih sarjana Accounting dari Universitas Murdoch Australia.
Perubahan positif pada sang Anak membuat Herman Halim juga penasaran terhadap agama islam. Dia banyak berdeiskusi dengan Andrew soal agama islam.
“Tadinya bertahun-tahun keyakinan saya tidak jelas, kadang menjadi pemeluk Budha, kadang Nasrani, kadang Hindu, hingga kemudian saya belajar islam dan menemukan kesejukan di sana,” kata Herman Halim.
Hingga pada tahun 2004, Herman Halim memantapkan hatinya untuk memeluk agama islam. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda dimulainya kehidupan baru sebagai seorang muslim.
Namun keputusan itu tidak langsung diterima baik oleh keluarga dan kerabatnya. Bahkan banyak kecaman dan kritik terkait keputusannya untuk menjadi umat Rasulullah SAW.
Tidak sedikit pula upaya temannya menarik kembali Herman Halim ke agama semula. Namun Herman Halim tidak bergeming. Dia terus fokus mempelajari dan mendalami ajaran islam.
Saat kondisi internal di Bank Maspion ada problem, Herman Halim merasakan keajaiban. Dia merasakan pertolongan Allah sehingga bank tersebut sehat kembali.
Begitu juga beberapa tahun kemudian lantas menemukan perempuan yang pas untuk diperistri. Perempuan itu semula non-muslim, tetapi kemudian juga memeluk islam seperti yang dilakukan Herman Halim.
Maka bos Bank Maspion mempersunting perempuang itu mejadi istrinya. Hari-hari selanjutnya dijalani Herman Halim dengan keindahan dan ketenangan hati.
Baginya, islam merupakan agama yang tidak membeda-bedakan status hambanya. Herman Halim pun merasakan kesejukan ketika melaksanakan shalat di masjid.
“Ini yang paling terasa kalau masuk masjid, rasanya bsejuk banget karena kita yang beda rezeki, beda profesi, bisa sejajar. Mau dia bos, tukang becak, bakul dawet posisinya sama terutama saat mendirikan salat berjamaah,” pungkas Hernman Halim.***
Komentar
Posting Komentar